Puluhan warga Dusun Gemer secara gotong-royong membangun Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM) pada Selasa (23/12/2008) silam. Rumah baca gratis dan terbuka untuk umum yang terletak di zona rawan letusan Gunung Merapi ini dibangun dengan model terbuka. Siapapun bisa mengakses dengan mudah dan tanpa birokrasi yang ribet. Tujuan didirikannya rumah baca di dusun ini tentu saja untuk meningkatkan pengetahuan warga dusun sesuai moto rumah baca ini yaitu "Membaca adalah Ibu Pengetahuan".
MENUJU 10 TAHUN RBKM
"MENUJU 10 TAHUN RBKM". Pada Minggu, 23 Desember 2018 RBKM akan genap berusia 1o tahun. Kira-kira asyiknya dibuat gimana ya? Ayo sampaikan ide, usul dan sarannya ke EMAIL: sekretariat.mci@gmail.com, WA: 085743309943
Jumat, 08 Desember 2017
DETIK.COM: Menengok Rumah Baca Dusun Gemer, Inspirasi dari Lereng Merapi
Menengok Rumah Baca Dusun Gemer, Inspirasi dari Lereng Merapi
Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3713048/menengok-rumah-baca-dusun-gemer-inspirasi-dari-lereng-merapi
Magelang - Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah di zona merah Gunung Merapi. Namun siapa sangka, dari dusun yang sepi ini, lahir gagasan pembuatan rumah baca yang menginspirasi banyak daerah untuk menirunya.
Adalah Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM) yang merupakan ide dan inisiatif sejumlah pemuda dusun tersebut. Y Sukisno (43) merupakan salah satunya. Dikatakan Sukisno, RBKM merupakan sebuah tempat serupa perpustakaan yang menyediakan berbagai buku bacaan bagi warga dan anak-anak sekitar.
Meskipun mayoritas warga di daerahnya merupakan petani, namun minat baca mereka termasuk tinggi, khususnya anak-anak.
"Awalnya, prihatin dengan sulitnya akses warga dan anak untuk mendapatkan buku bacaan. Akhirnya, bersama tiga orang teman, kami membentuk tim untuk pembuatan rumah baca ini," ujar Sukisno, saat ditemui detik.com di kediamannya.
Melalui proses pemikiran dan diskusi yang berlangsung beberapa lama, Sukisno bersama Kukuh, Sutanto, dan Sutirah membulatkan tekad untuk membangun rumah baca gratis Halaman rumah Sukisno yang berada di paling ujung dusun dipilih menjadi lokasi rumah baca.
"Selain karena agak luas dan bisa dipergunakan untuk bermain anak, halaman rumah saya juga kebetulan kosong tidak dipergunakan untuk apa-apa. Lalu dipilihlah lokasi rumah baca disini," tutur Sukisno.
Rumah baca ini kemudian mulai didirikan secara gotong-royong oleh warga Dusun Gemer sejak akhir 23 Desember 2008 hingga akhir Januari 2009. Baru pada awal Februari 2009, rumah baca ini dibuka untuk umum dan bisa diakses secara gratis.
"Rumah baca ini terbuka, berada di luar rumah, dan bisa diakses siapa saja. Kami mengedepankan kejujuran dari setiap orang yang akan membaca maupun meminjam buku," ungkap bapak tiga anak itu.
Dia menjelaskan, dirinya membebaskan siapapun untuk memilih buku apa saja, menulis di buku yang telah disediakan, dan mengembalikan buku yang dipinjam ke tempat semula. Adapun motto dari rumah baca ini yaitu 'Membaca Adalah Ibu Pengetahuan'.
Menurut Sukisno, karena lahir dari gagasan warga setempat, pembiayaan atas pembangunan ini ditanggung gotong-royong. Termasuk untuk pengadaan buku bacaan. "Awalnya, buku yang tersedia di rumah baca hanya sedikit, karena milik kami sendiri," katanya.
Menengok Rumah Baca Dusun Gemer, Inspirasi dari Lereng MerapiRumah baca di Dusun Gemer. (Foto: Pertiwi/detikcom)
Setelah berjalan beberapa lama, jumlah buku terus bertambah. Baik bantuan dari donatur, maupun pengadaan secara sukarela oleh warga. "Saat ini, jumlah buku lebih dari seribu. Jenisnya pun bermacam-macam, mulai dari buku pelajaran, komik, novel, dan banyak lainnya," terang Sukisno.
Pengelolaan rumah baca, lanjutnya, tidak selalu mulus tanpa kendala. Tahun 2010 misalnya, saat erupsi Gunung Merapi terjadi, rumah baca ini sempat ditinggalkan warga untuk mengungsi. Saat erupsi telah reda, buku-buku di rumah baca didapati sudah penuh dengan debu. Warga bergotong-royong membersihkan debu tersebut dari setiap helai buku.
Kendala lain juga dihadapi Sukisno selama mengelola hampir sepuluh tahun ini. Terutama banyaknya buku yang tak kembali setelah dipinjam. "Ada sekitar 500 buku yang tidak kembali karena dipinjam. Mayoritas buku berupa komik," ungkapnya.
Namun demikian, Sukisno mengaku tidak mempermasalahkan hal ini. Jumlah buku pun semakin hari juga tidak mengalami penurunan, malah terus bertambah dari bantuan donatur pribadi maupun instansi.
Keberadaan rumah baca ini juga belakangan menginspirasi daerah-daerah lain di Kabupaten Magelang maupun luar Magelang untuk membangun rumah baca serupa. "Saya tidak mengira bisa sampai sejauh itu. Ya semoga saja keberadaan rumah baca ini bisa meningkatkan pengetahuan warga, sesuai dengan moto yang diusung," harapnya. (mbr/mbr)
Sumber:
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3713048/menengok-rumah-baca-dusun-gemer-inspirasi-dari-lereng-merapi
Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3713048/menengok-rumah-baca-dusun-gemer-inspirasi-dari-lereng-merapi
Magelang - Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah di zona merah Gunung Merapi. Namun siapa sangka, dari dusun yang sepi ini, lahir gagasan pembuatan rumah baca yang menginspirasi banyak daerah untuk menirunya.
Adalah Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM) yang merupakan ide dan inisiatif sejumlah pemuda dusun tersebut. Y Sukisno (43) merupakan salah satunya. Dikatakan Sukisno, RBKM merupakan sebuah tempat serupa perpustakaan yang menyediakan berbagai buku bacaan bagi warga dan anak-anak sekitar.
Meskipun mayoritas warga di daerahnya merupakan petani, namun minat baca mereka termasuk tinggi, khususnya anak-anak.
"Awalnya, prihatin dengan sulitnya akses warga dan anak untuk mendapatkan buku bacaan. Akhirnya, bersama tiga orang teman, kami membentuk tim untuk pembuatan rumah baca ini," ujar Sukisno, saat ditemui detik.com di kediamannya.
Melalui proses pemikiran dan diskusi yang berlangsung beberapa lama, Sukisno bersama Kukuh, Sutanto, dan Sutirah membulatkan tekad untuk membangun rumah baca gratis Halaman rumah Sukisno yang berada di paling ujung dusun dipilih menjadi lokasi rumah baca.
"Selain karena agak luas dan bisa dipergunakan untuk bermain anak, halaman rumah saya juga kebetulan kosong tidak dipergunakan untuk apa-apa. Lalu dipilihlah lokasi rumah baca disini," tutur Sukisno.
Rumah baca ini kemudian mulai didirikan secara gotong-royong oleh warga Dusun Gemer sejak akhir 23 Desember 2008 hingga akhir Januari 2009. Baru pada awal Februari 2009, rumah baca ini dibuka untuk umum dan bisa diakses secara gratis.
"Rumah baca ini terbuka, berada di luar rumah, dan bisa diakses siapa saja. Kami mengedepankan kejujuran dari setiap orang yang akan membaca maupun meminjam buku," ungkap bapak tiga anak itu.
Dia menjelaskan, dirinya membebaskan siapapun untuk memilih buku apa saja, menulis di buku yang telah disediakan, dan mengembalikan buku yang dipinjam ke tempat semula. Adapun motto dari rumah baca ini yaitu 'Membaca Adalah Ibu Pengetahuan'.
Menurut Sukisno, karena lahir dari gagasan warga setempat, pembiayaan atas pembangunan ini ditanggung gotong-royong. Termasuk untuk pengadaan buku bacaan. "Awalnya, buku yang tersedia di rumah baca hanya sedikit, karena milik kami sendiri," katanya.
Menengok Rumah Baca Dusun Gemer, Inspirasi dari Lereng MerapiRumah baca di Dusun Gemer. (Foto: Pertiwi/detikcom)
Setelah berjalan beberapa lama, jumlah buku terus bertambah. Baik bantuan dari donatur, maupun pengadaan secara sukarela oleh warga. "Saat ini, jumlah buku lebih dari seribu. Jenisnya pun bermacam-macam, mulai dari buku pelajaran, komik, novel, dan banyak lainnya," terang Sukisno.
Pengelolaan rumah baca, lanjutnya, tidak selalu mulus tanpa kendala. Tahun 2010 misalnya, saat erupsi Gunung Merapi terjadi, rumah baca ini sempat ditinggalkan warga untuk mengungsi. Saat erupsi telah reda, buku-buku di rumah baca didapati sudah penuh dengan debu. Warga bergotong-royong membersihkan debu tersebut dari setiap helai buku.
Kendala lain juga dihadapi Sukisno selama mengelola hampir sepuluh tahun ini. Terutama banyaknya buku yang tak kembali setelah dipinjam. "Ada sekitar 500 buku yang tidak kembali karena dipinjam. Mayoritas buku berupa komik," ungkapnya.
Namun demikian, Sukisno mengaku tidak mempermasalahkan hal ini. Jumlah buku pun semakin hari juga tidak mengalami penurunan, malah terus bertambah dari bantuan donatur pribadi maupun instansi.
Keberadaan rumah baca ini juga belakangan menginspirasi daerah-daerah lain di Kabupaten Magelang maupun luar Magelang untuk membangun rumah baca serupa. "Saya tidak mengira bisa sampai sejauh itu. Ya semoga saja keberadaan rumah baca ini bisa meningkatkan pengetahuan warga, sesuai dengan moto yang diusung," harapnya. (mbr/mbr)
Sumber:
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3713048/menengok-rumah-baca-dusun-gemer-inspirasi-dari-lereng-merapi
Langganan:
Postingan (Atom)